NUNUKAN, MEDIATA.ID – Asmin Laura menuturkan, rendahnya peran perempuan di ranah politik dapat dijelaskan ke dalam setidaknya dua pembacaan. Pertama, masih mengakar kuatnya paradigma patriarki di sebagian besar masyarakat Indonesia.
Pola pikir patriarki cenderung menempatkan perempuan di bawah kekuasaan laki-laki. Perempuan dicitrakan sekaligus diposisikan sebagai pihak yang tidak memiliki otonomi dan kemandirian di semua bidang, termasuk politik.
Tapi hal tersebut terbantahkan dengan kehadiran salah satu perempuan Kalimantan Utara yang berani terjun di tengah-tengah Masyarakat, sosok manis dari kebanyakan kesan pertama yang muncul di benak
banyak orang ketika pertama kali bertemu dengannya, dan cerdas mungkin menjadi kesan yang selamanya berbekas di benak setiap orang yang pernah bertemu dan mengenal sosok Feminim Muda karena senyum manisnya serta dibalut paras yang cantik.
Ia adalah Bupati Nunukan Periode 2016-2021 yang di dampingi oleh Ir.H. Faridil Murad SE,MT sebagai wakilnya.
Hj. Asmin Laura Hafid SE, MM yang lahir di Tawau Malaysia pada 10 Agustus 1985, tepat 35 Tahun silam berdarah Bugis Bone. Hobinya membaca dengan Pendidikan terakhir Strata II kefokusan Master Manajemen.
Tumbuh dari keluarga dengan sejuta pengalaman Politik dari sosok Ayahanda H.Abdul Hafid Ahmad yang juga dulunya mantan Bupati Nunukan Dua Periode yakni 2001-2006 dan 2006-2011 adalah bapak pembangunan Nunukan dan lahir dari sosok Ibu yang bernama Hj. Rahma Leppa Hafid sekaligus Ketua DPRD Nunukan Periode 2019-2024.
Masa kanak-kanak Hj. Asmin Laura Hafid sudah terbiasa hidup dengan kemandirian. “Saya lebih
banyak menghabiskan waktu dengan tante dan bersekolah, karena dulu orangtua saya
disibukkan dengan usaha perdagangan tapi orang tua saya tetap memperhatikan saya. Jadi
hikmah yang saya dapatkan dari masa kecil adalah kemandirian, jadi sekarang hal apapun itu kalau memang saya bisa selesaikan sendiri saya akan selesaikan sendiri.” Tuturnya Laura sapaan akrabnya.
Memulai Karier politiknya dengan menjadi anggota DPRD Kalimantan
Timur/Utara periode 2009-2014 berkat dorangan masyarakat melalui partai PBB dan suara saya tertinggi di Kaltara. “Jika memang ada yang mengatakan semua itu hasil domplengan karena faktor orangtua, biarkanlah masyarakat yang menilai namun saya buktikan dengan aspirasi yang diperjuangkan,” katanya.
Kembali di Tahun 2011 berkat dorongan masyarakat Nunukan dan orangtua untuk melanjutkan tongkat estafet dari ayahnya laura tertantang maju mencalonkan diri sebagai Bupati Nunukan.
Hanya saja saat itu Laura gagal, karena dianggap pada waktu itu masih terlalu muda, umurnya baru 26 tahun. Namun belajar dari kegagalan tersebut laura mampu menjadikannya sebagai pembelajaran dan investasi politik.
Pada prinsipnya Baginya dalam politik bisa dibunuh berkali-berkali tapi bangkit seribu kali
karena ini politik soal mental juga, siapa yang bermental tanpa menjatuhkan lawan dengan cara yang tidak benar maka berkat peranan Tuhan akan ada jalan kebenaran yang di tunjukkan.
“Olehnya, dari kecil saya suka tantangan, namun Saya tidak suka yang terlalu dramatis, apalagi ada pengkhianatan karena kita dilahirkan dengan nafas perjuangan entah dari mana asal usulnya, agamanya, ras atau etnis suku, bagi laura yang terpenting bermanfaat bagi sesama bukan untuk pribadi,” jelasnya.
Prinsipnya, kata dia, saat menjadi anggota DPRD Kalimantan Timur/Utara. Hj. Asmin Laura Hafid kembali mencoba maju di Pilkada Nunukan, kegagalan empat tahun lalu dibayar tuntas dengan hasil Kemenangan bersama dan terpilih menjadi Bupati Nunukan periode 2016-2021.
Okezone juga telah merilis kepala daerah cantik yang mempesona dan memiliki prestasi
membanggakan:
1. Airin Rachmi Diany (Wali Kota Tangerang Selatan)
2. Indah Putri Indriani (Bupati Luwu Utara)
3. Idza Priyanti (Bupati Brebes)
4. Asmin Laura Hafid (Bupati Nunukan)
5. Karolin Margret Natasa (Bupati Landak)
6. Ni Putu Eka Wiryastuti (Bupati Tabanan)
7. Mirna Annisa (Bupati Kendal)
Laura masuk dalam daftar tujuh Kepala Daerah wanita yang mempesona dan berprestasi di
Indonesia. Menariknya, Laura ditempatkan di posisi keempat.
Dalam lingkup yang lebih luas, diperlukan pula sebuah gerakan yang membangkitkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya praktik politik berbasis keadilan gender. Persepsi
masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk terpinggirkan yang tidak cocok dengan dunia
politik mutlak harus diakhiri, Laura buktikan dengan membangun Nunukan.
Sederet Penghargaan Baik Nasional maupun Lokal bukan tanpa sebab, di Tangan hangat
Laura Penghargaan-penghargaan tersebut di dedikasikan untuk Kabupaten Nunukan. “Biarkan ini menjadi Bukti Nyata di Masyarakat, karena Bagi saya Membangun Nunukan dengan
Tindakan bukan ocehan Pesimis. Mari kita Kawal satu kali lagi apa yang sudah dicapai dan
belum tercapai,” harapnya.
Laura , dari bahasa tubuhnya sangat senang jika membahas Nunukan. Saat saya minta
tanggapannya soal kondisi Nunukan yang dilakukan lewat aktifitas kesehariannya sebagai
kepala daerah, raut wajahnya santai namun suaranya tegas menyampaikan.
“Sederhana, apa yang kami cita-citakan terhadap Nunukan ini adalah agrobisnis yang
berkeadilan, kita lakukan stay by step agar kuat pondasinya, perjuangan saya tidak sendiri,
karen semuanya bersinergi lewat elemen-elemen Pemerintah, Swasta dan khususnya kepada seluruh masyarakat Nunukan,” harapnya.
Menurutnya, apa yang sudah dilakukan adalah pengabdian yang tak perlu digembar
gemborkan. Bekerja dengan Amanah dan Ketulusan hati adalah point penting baginya.
“Saya tidak mau mendengar ocehan segelintir orang-orang yang berlawanan sikap dengan
saya, karena saya nawaitu ingin membangun Nunukan,” pungkasnya. (*)
Comment