Penurunan Harga Minyak Sebesar Satu Persen: Analisis Faktor Penyebab

Ilustrasi

JAKARTA, MEDIATA.ID — Pada Senin, 29 April 2024, pasar minyak mentah menyaksikan penurunan harga sekitar 1 persen. Indeks Brent mencatat penurunan sebesar USD 1,00, menetapkan harga pada USD 88,50 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan sebesar 84 sen, dengan harga penutupan di USD 83,01 per barel.

Tony Sycamore, analis pasar dari IG, sebuah perusahaan trading asal Inggris, mengidentifikasi dua faktor utama yang mempengaruhi penurunan harga ini. Pertama, upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berpotensi meredakan ketegangan geopolitik, telah memberikan dampak pada penurunan harga minyak.

“Sebuah delegasi Hamas dijadwalkan untuk melakukan pembicaraan damai di Kairo, Mesir, pada hari yang sama. Juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa Israel telah setuju untuk mempertimbangkan kekhawatiran AS mengenai dampak kemanusiaan dari konflik tersebut,” ungkap Sycamore.

Selain itu, pasar juga menunjukkan kecemasan menjelang tinjauan kebijakan The Federal Reserve (The Fed) AS yang akan berlangsung pada tanggal 1 Mei. “Ada kegelisahan bahwa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal minggu ini mungkin akan mengambil sikap yang lebih hawkish,” tambah Sycamore.

Di sisi lain, inflasi AS tercatat naik 2,7 persen dalam periode 12 bulan hingga Maret, melebihi target The Fed sebesar 2 persen. Tingkat inflasi yang lebih tinggi ini menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih lama, yang pada gilirannya memperkuat dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas.

“Inflasi AS yang tinggi telah memicu kekhawatiran akan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang mengakibatkan penguatan dolar AS. Dolar yang lebih kuat ini membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain,” jelas Tina Teng, seorang analis pasar independen.

Teng juga menyoroti bahwa pertumbuhan keuntungan industri China yang melambat pada Maret telah menambah beban pada prospek permintaan minyak. Data resmi yang dirilis pada Sabtu, 27 April, menunjukkan bahwa laba kumulatif perusahaan industri China naik 4,3 persen menjadi 1,5 triliun yuan, atau sekitar USD 207,0 miliar pada kuartal pertama, dibandingkan tahun sebelumnya.

“Namun, ada kemungkinan harga minyak akan rebound jika data inventaris AS dan indeks PMI China yang akan dirilis minggu ini menunjukkan perbaikan,” pungkas Teng. (*)


Eksplorasi konten lain dari mediata.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Comment