BANTAENG, MEDIATA.ID — Puluhan pemuda gotong royong, bekerja sama membangun tanggul darurat aliran Sungai Calendu di Kampung Maricayya Kelurahan Letta Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
Tampak pada Senin, 22 Juni 2020, malam, pemuda masih melakukan aktifitas menyusun, menumpuk karung berisi pasir. Pagi, siang malam pemuda ini bergantian bekerja. Bahkan hingga larut malam, tetap menyusun tumpukan karung.
Saat banjir bandang terjadi Jumat 12 Juni 2020 lalu, tingginya volume air dan keras, sebabkan air meluap melewati tanggul kira-kira setinggi 8-10 meter dari permukaan sungai, hingga menggenangi rumah-rumah warga.
Derasnya air aliran sungai, menyebabkan sepanjag 20 meter tanggul penahan air jebol dan hancur. Ini sangat mengkhawatirkan sebab jika banjir susulan terjadi, sudah dipastikan rumah warga bisa terhanyut.
“Ketahanan, bisa Kurang yakin juga, tapi paling tidak ini langkah yang paling tepat saat ini. Paling tidak bisa mencegah pengikisan air pada tanah yang tanggulnya sudah jebol dan menjaga kemungkinan terjadinya banjir kecil,” ungkap warga setempat, udin.
Gotong royong ini adalah swadaya masyarakat sekitar. Ada pula bantuan pemerintah setempat.
Karung putih 50 kg ini diisi pasir yang diambil kurang lebih 500 kilogram dari lokasi tanggul jebol. Karung yang sudah terisi lalu diangkut ke lokasi tanggul dan disusun rapih.
Menyusun dengan teratur agar agar bisa benar-benar menahan air. Ini membutuhkan ratusan bahkan ribuN karung putih agar ketahanan bisa lebih terjamin.
Masyarakat sekitar masih tetap waspada, sebab akhir-akhir ini masih sering hujan.
Memang sejak dulu, kampung Maricayya salah satu langganan banjir. Dua banjir terparah di kampung ini yakni sejak tahun 1973 dan tahun 2006. Menelan korban jiwa dan harta benda.
Tahun 2006 saat itu, banjir sangat parah. Tanggul kira2 ratusan meter jebol dan hancur. Bahkan jembatan tua yang dikenal penginggalan Belanda, waktu itu diseret banjir.
Masih tahun 2006, sangat dikenang warga kampung Maricayya dengan hilangnga 7 rumah beserta tanah dan isinya.
Rumah struktur full bangunan batu 2 tingkat harus direlakan tersert arus sungai. Bahkan jembatan Lembang Cina itu pula nyaris terpotong oleh hantaman derasnya aliran sungat. (*)
Comment