MAKASSAR, MEDIATA.ID– Kontestasi Pilkada Makassar diprediksi sangat kompetitif. Tanpa pembegalan, Pilwalkot Makassar yang padat pemilih ini dipastikan diramaikan oleh empat pasangan calon.
Perimbangan kekuatan politik tersaji dinamis. Empat parpol papan atas masing-masing NasDem, Golkar, Demokrat dan PDIP memimpin poros koalisi tersendiri dalam pengusungan paslon.
NasDem bersama Gerindra memplot Moh Ramdhan “Danny” Pomanto-Fatmawati Rusdi sebagai jagoannya. Golkar yang berkoalisi dengan PAN dan PKS resmi mengusung pasangan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun NH.
Sementara Demokrat memimpin poros koalisi bersama PPP dan Perindo untuk mengusung Munafri Arifuddin-Abd Rahman Bando, adapun PDIP menjagokan pasangan Syamsu Rizal-Fadli Ananda bersama dengan Hanura dan PKB.
Adu program dan gerilya efektif para paslon dinanti publik pasca kejelasan sikap parpol-parpol.
Bakal calon Wali Kota Makassar, Danny Pomanto mengatakan, sebagai mantan wali kota, ia paham betul apa yang dibutuhkan warga Kota Makassar kedepannya.
“Bicara program sudah saya siapkan. Saya paham betul kondisi saat ini di Makassar. Jadi program yang paling cocok untuk Makassar kedepannya sudah saya siapkan,” ujar Danny.
Danny Pomanto mengaku, jika kelak kembali diberi amanah memimpin Makassar, percepatan dalam rangka mewujudkan Makassar kota dunia yang sombere dan pelayanan yang smart akan menjadi prioritasnya.
“Kemudian revolusi SDM dan percepatan reformasi birokrasi diantaranya, pendidikan, penguatan keimanan ummat, beasiswa anak lorong berprestasi, skill training gratis, percepatan tata pemerintahan sombere and smart, bebas indikasi korupsi, peningkatan PAD, penguatan fungsi RT/RW, penasihat wali kota dan LPM,” ungkap Danny.
Kandidat dengan jargon “Adama” ini juga menyiapkan rekonstruksi ekonomi sosial dan budaya seperti, penyediaan dan kemudahan akses, peluang kerja dan bisnis baru, penataan kembali sistem BUMD dan, pembentukan Makassar incooporated, pembuatan perda serta pembentukan badan usaha kecamatan.
“Dan penguatan badan usaha lorong, percepatan program smart milenial, peningkatan social mitigation dan social care, pembenahan total destinasi budaya dan sejarah, penguatan city branding dan peningkatan festival dalam skala nasional dan internasional ” pungkasnya.
Pasangan Syamsul Rizal-Fadli Ananda dengan tagline “Dilan” siap menyajikan program handal dan merakyat untuk kepentingan rakyat Makassar nantinya.
“Kolabosi program kami, mulai pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kreator serta kreatif untuk kalangam generasi muda di Makassar,” ujar Syamsu Rizal.
Untuk bidang kesehatan, pasangan ini berkomitmen melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan. Bila kelak terpilih, Dilan menggaransi IDI akan diberikan ruang besar untuk berkolaborasi dengan pemerintah kota dalam mendesain dan mengawal program-program kesehatan.
Deng Ical–sapaan karib Syamsu Rizal, menyampaikan bidang kesehatan merupakan sektor vital dan menyangkut kepentingan umum. Diperlukan sinergitas pihak-pihak terkait dan salah satu yang paling krusial adalah dokter. Olehnya itu, meski Dilan sudah menyusun sederet program kesehatan progresif, pelibatan IDI tetap menjadi keniscayaan.
“Insya Allah, jika memang diberi amanah memimpin Makassar, IDI akan mendapatkan ruang yang lebih besar dalam mendampingi pemerintah kota guna mensukseskan program-program kesehatan. Toh, tujuan kita sama yakni meningkatkan layanan kesehatan dan mewujudkan masyarakat sehat,” ucap Deng Ical.
IDI sebagai organisasi profesi, menurut Deng Ical, memiliki SDM yang tidak perlu diragukan. Ia yakin sebenarnya banyak gagasan cemerlang dari IDI yang dapat dijalankan pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan dan mewujudkan masyarakat sehat. “Hanya saja, mungkin selama ini pelibatan IDI masih belum dimaksimalkan,” jelasnya.
Syamsu Rizal menjelaskan, program lainya dengam gerakan ‘Ayo Kerja’ dapat menjadi pilar penting dalam membangkitkan kembali ekonomi Kota Makassar.
“Toh, kota ini memiliki potensi pertumbuhan ekonomi tinggi. Hanya saja, perlu diperhatikan bahwa Makassar juga punya risiko atau tingkat kerawanan sosial yang tinggi,” jelasnya.
Bersama Fadli Ananda, Deng Ical menjelaskan salah satu problematika yang menjadi prioritasnya jika diberi amanah memimpin Makassar adalah mengatasi kesenjangan sosial ekonomi. Masyarakat Makassar harus bisa merasakan dampak ekonomi, dalam hal ini kesejahteraan secara merata.
“Kalau kesenjangan begitu menganga, dalam kesulitan ekonomi, Makassar sangat rawan. Inilah yang penting disadari dan dijaga ke depan,” ujar Ketua PMI Kota Makassar itu.
Fadli Ananda menambahkan, program lainnya yakni Jaminan Kesehatan Terpadu Berbasis Digital (Jaket Dilan) dan Satu Dokter Satu RW (Si Dora) akan turut dikawal oleh IDI. Bisa saja, organisasi profesi dokter memiliki formulasi yang lebih ideal yang dapat menyempurnakan program kesehatan Dilan.
“Kalau memang perlu direvisi atau ada desain program yang lebih baik untuk penyempurnaan, kita terbuka dan di situlah kami harap IDI terlibat. Kita mau ke depan IDI benar-benar dilibatkan dan bisa berkontribusi dibandingkan sebelumnya,” ujar Dokter Pade–sapaan akrab Fadli Ananda.
Fadli mengakui tak hanya fokus pada pemberdayaan masyarakat dan sosial, tetapi juga fokus pada pemberdayaan milenial di Kota Makassar.
Beberapa hal yang dicanangkan, diantaranya melindungi hak-hak dan kekayaan intelektual para pelaku seni di Kota Makassar. “Dengan menyediakan pengurusan hak-hak para pelaku seni, maka mereka bisa mempunyai karya yang dipatenkan dan Pemkot Makassar akan hadir untuk mereka,” kata Fadli.
Selain pemberian hak kepada para pelaku seni, Fadli juga mencanangkan untuk mendorong unit-unit baru yang bisa menopang kesenjangan lowongan kerja, seperti mengubah pola pikir karyawan untuk bisa menjadi bos.
“Jadi nanti milenial yang merasa dirinya mampu, jangan terus menjadi karyawan. Cobalah untuk mengubah pola pikir dan perilaku agar bisa menciptakan lapangan kerja baru,” katanya.
Adapun pasangan Munafri Arifuddin- Abd Rahman Bando (Appi-ARB) kan memprioritaskan program fisik dan non fisik. Sebagai calon wali kota, Appi–sapaan akrab Munafri mengatakan, jika Kota Makassar masih punya banyak pekerjaan rumah. Ruang dan fungsi kota dipastikan akan mengalami penyempitan sebagai konsekuensi bertumbuhnya kota menjadi lebih metropolitan.
Dengan total APBD Makassar setelah penyesuaian, sebesar Rp3,3 Triliun, turun sebesar Rp796 Miliar dari APBD Pokok. Menurutnya, kondisi saat ini tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Pemkot Makassar.
“Selama 15 tahun terakhir ini Kota Makassar hanya berkembang pada aspek fisik saja. Masih ada 3,5% penduduk Makassar yang buta huruf, terdapat 7,23% anak usia sekolah yang putus sekolah. Pengangguran terbuka di kisaran 10.39%, dan penduduk miskin masih 4,28%. Yang miris, jurang ketimpangan semakin dalam. Ini akan kami benahi,” ujarnya.
Tahun lalu, lanjut dia ketimpangan ada di kisaran 0,388, tahun ini meningkat di angka 0,391. “Di Kota ini, yang kaya makin kaya, yang miskin semakin miskin. Apakah itu akan kita lanjutkan 2 kali lagi? saya kira tidak,” tutur Appi.
Menurut Appi, tujuan akhir dari setiap aktivitas pembangunan adalah keadilan. Tujuan itu hanya dapat diraih dengan cara yang berbudaya dan bermartabat. Tanpa mengorbankan aspek ekologi, sosial dan kultural dari perkembangan sebuah kota.
“Karena itu, visi kami adalah Makassar Bangkit Menuju Kota Sejahtera, Berkeadilan, Berbudaya, dan Berkelanjutan, atau kami sebut sebagai Visi Appakabaji’. Di dalamnya terdapat empat Kota Makassar untuk bangkit dari keterpurukan,” ungkap Appi yang juga CEO PSM Makassar ini.
Untuk mewujudkan itu, lanjut Appi, dia dan Rahman akan mendesain pembangunan kota yang merata untuk semua wilayah berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
Selain itu, dia akan meningkatkan insentif RT/RW dan LPM agar pembangunan lebih berdaya guna. “Selain itu, kami akan membentuk 1000 kelompok usaha RT/RW, mengadakan 50 ribu lapangan pekerjaan baru,” jelasnya.
“Kami juga akan membangun sistem pengolahan sampah modern dengan teknologi zero waste, membenahi sistem tranportasi publik yang terjangkau, membangun LRT ramah lingkungan yang akan mengitari kota ini, membuat jalur bersepeda dan memperlebar trotoar bagi para pejalan kaki,” terangnya.
Adapun Irman Yasin Limpo, tengah menyiapkan program market place secara gratis untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pria yang akrab disapa None ini berharap pertumbuhan ekonomi terus tumbuh walau dihadapkan pada tantangan apapun.
“Karena kerja sama penggunaan market place ternyata profit share-nya lumayan memberatkan pelaku UMKM,” ujarnya.
Guna menggairahkan kembali UMKM, None telah menghadirkam program KataNone. Program ini secara nyata telah memberikan dampak nyata pada terbukanya lapangan kerja baru dan diikuti pula mengurangi pengangguran.
“Selama program KataNone, saya banyak berbicara dengan para pelaku UMKM dan saya mengambil kesimpulan bahwa salah satu yang harus didorong dengan massif adalah penggunaan digital transaksi dan digital promosi bagi pelaku UMKM,” kata None.
Menurut None, profit share market place terasa berat bagi para pelaku UMKM, karena dalam kondisi pandemi, mereka menggaji karyawan saja sulit. “Malah, ada yang mengambil sikap untuk Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Padahal karyawan UMKM paling dua sampai lima orang,” pungkas None. (RS)
Comment